Perkembangan logika fuzzy tidak terlepas dari perkembangan logika  konvensional. Perkembangan logika tidak terjadi dalam waktu yang  singkat. Logika dan pengambilan kesimpulan telah mengalami evolusi  selama ribuan tahun. Ide dasarnya tetap sama, tetapi metode yang  dipergunakan yang mengalami perkembangan.
Berbicara tentang logika tidak bisa dilepaskan dari seorang tokoh  yunani kuno  yang banyak mengembangkan dunia ide. Aristoteles (384-322  SM) adalah seorang ahli fisafat Yunani yang sering disebut sebagai bapak  logika, lebih tepatnya logika biner. Aristoteles bukanlah penemu  logika, tetapi ia adalah orang pertama yang memulai menulis ide-ide dan  aturan yang kemudian sering disebut proses logika. Aristoteles menulis  buku berjudul Organon (instrumen atau alat) yang berisi  analisis prior dan posterior. Aristoteles mendeskipsikan apa yang  sekarang kita kenal dengan metode silogisme. Silogisme adalah sebuah  argument. Sementara argument adalah pernyataan yang digunakan ketika  kita mendiskripsikan sesuatu secara logis. Sejak saat itu logika dipakai  sebagai pemodelan proses pengambilan kesimpulan manusia.
Logika biner didasarkan pada ide bahwa segala sesuatu adalah A atau  bukan A. Logika biner dipakai ketika kita ingin mengevaluasi dengan  kategori benar atau salah (dalam perkembangan lebih lanjut kategori  benar sering disimbolkan dengan nilai 1 sedangkan salah disimbolkan  dengan nilai 0).  Logika biner dapat berlaku dengan baik jika diterapkan  pada hal yang dapat dibedakan dengan jelas batas-batasnya. Misalnya  pertanyaan “Apakah anda seorang lelaki?” dapat dijawab dengan mudah  dengan menggunakan logika biner.
Tetapi tidak semua orang setuju dengan logika biner. Plato  mengindikasikan adanya daerah ketiga yang terletak di antara benar dan  salah. Perkembangan logika mengalami masa transisi ketika pada tahun  1854 George  Boole menciptakan sistem aljabar dan teori himpunan yang  dapat dikaitkan secara metematis dengan dua nilai logika, pemetaan benar  dan salah ke dalam nilai 1 dan 0. Hasil karyanya itu dituangkan dalam  bukunya yang berjudul “The Laws of Thought”. Setelah munculnya  aljabar boolean (pemberian nama aljabar bolean dipakai untuk menghormati  george boole), muncullah operasi logika biner. Ada 4 operasi dasar  logika biner yaitu operasi AND, OR, EX-OR dan IMPLIKASI . Setiap operasi  logika biner menyatakan pengelompokan aturan sederhana yang terdiri  dari 2 input.  Operasi logika tersebut dapat dinyatakan dalam tabel 1.1  sebagai berikut :
Table 1. Tabel operasi logika
Jika suatu operasi memenuhi aturan operasi logika biner, maka nilai  logika akan menghasilkan output “benar” atau “1”, jika tidak memenuhi  aturan operasi akan menghasilkan nilai “salah” atau ”0”. Selain itu  operasi logika biner harus memenuhi sifat cascadability, maksudnya  adalah output dari satu operasi dapat dipakai sebagai input operasi  selanjutnya. Pembatasan ini menjaga agar hasil operasi OR (penjumlahan)  tetap menghasilkan nilai output “1” atau “0” karena tanpa adanya  pembatasan ini operasi penjumlahan bisa dihasilkan ouput bernilai 2.
Apa yang dilakukan George Boole ini bukan hanya mengkuantitaskan  logika tetapi juga berusaha menggabungkan logika dan probabilitas dalam  satu teori. George Boole menyadari bahwa probabilitas dan logika  mempunyai kemiripan dan memiliki ukuran yang bersifat derajat kepastian  yang merupakan karakteristik probabilitas.
George Boole hanya membatasi teorinya pada operasi linier yaitu penjumlahan (addition), pengurangan (subtraction) dan perkalian (multiplication).  Hal ini menyebabkan penggunaan operasi perkalian untuk operasi AND.  Pembatasan ini menyebabkan terjadinya kekeliruan dalam pengambilan  kesimpulan yang menyatakan bahwa logika adalah proses pengambilan  kesimpulan secara deduktif yang hanya memiliki dua nilai, “1” dan “0”.  Hal yang mendasari pengambilan kesimpulan ini adalah operasi AND. Dalam  operasi AND, nilai yang memungkinkan agar operasi tetap memenuhi syarat  batasnya adalah “1” dan “0”.  Sebagai contoh, X2 = X. Persamaan tersebut hanya bernilai benar (valid) untuk bilangan  “1” dan “0”.
George Boole mendefinisikan NEGASI X sebagai 1-X,  OR sebagai  X+Y(1-X) dan EX-OR sebagai X(1-Y)+Y(1-X). George Boole menyatakan bahwa  probabilitas concurrence (AND) dua buah kejadian bebas adalah  hasil perkalian peluang tiap-tiap kejadian sedangkan probablilitas  terjadinya satu event dari dua buah kejadian bebas adalah penjumlahan  (OR) peluang dari tiap-tiap kejadian. Probabilitas Boolean  merepresentasikan  pengambilan kesimpulan secara induksi dan mempunyai  nilai kebenaran majemuk (multiple truth value) sementara logika  merepresentasikan pengambilan kesimpulan secara deduktif yang hanya  memiliki dua nilai kebenaran (benar atau salah).
Pada awal tahun 1920an, Jan Lukasiewicz mengemukakan sebuah konsep logika dalam tulisannya “On Three-Valued Logic”  dimana ada daerah yang ditambahkan diantara benar “1” dan salah “0”.  Daerah yang ditambahkan tersebut diistilahkan dengan “kemungkinan” dan  mempunyai nilai diantara benar dan salah. Lukasiewicz mengusulkan notasi  dan aksioma yang diharapkannya menjadi pelopor matematika modern.
Pada tahun 1922 Lukasiewicz menegaskan adanya kejanggalan dalam  operasi IMPLIKASI untuk interval antara 0 dan 1. Kejanggalan tersebut  disadarinya ketika menemukan ada nilai kebenaran (kemungkinan) yang tak  terhingga jumlahnya didalam rentang antara benar dan salah. Penyelidikan  dengan opersai AND dan OR membuktikan bahwa operasi AND mengambil nilai  minimum dari inputnya sedangkan operasi OR mengambil nilai maksimum  dari inputnya. Tetapi Lukasiewicz tidak menyatakan aturan maksimum dan  minimum dalam teorinya. Apa yang dikemukakan oleh Lukasiewicz ini tidak  bisa diterima luas pada saat itu.
Baru pada tahun 1965, ketika Lotfi A. Zadeh mempublikasikan tulisannya “Fuzzy Sets” yang mendeskripsikan teori himpunan fuzzy dan perluasannya tentang logika fuzzy, konsep multivalue logic  mulai disoroti secara luas. Pada awal-awal kemunculannya, logika fuzzy  mendapatkan banyak kritikan. Bahkan meskipun telah ada ratusan aplikasi  fuzzy yang cukup berhasil, beberapa ilmuwan masih meragukan konsep  fuzzy.
Teori yang dikemukakan oleh Lotfi A. Zadeh mengusulkan adanya fungsi  keanggotaan yang dioperasikan dengan bilangan real diantara nilai benar  “1” dan salah “0”. Lotfi A. Zadeh pula yang mempopulerkan aturan  maksimum dan minimum yang diperoleh dari operasi himpunan fuzzy. Aturan  maksimum dan minimum ini pada dasarnya sama dengan rumusan yang  dikemukakan oleh Lukasiewicz.
Logika fuzzy di dasarkan pada ide bahwa A dapat sama dengan bukan A.  Hal ini berarti bahwa sesuatu dapat mengandung bagian yang berlawanan.   Operasi himpunan fuzzy mempunyai keterkaitan dengan operasi multivalued logic jika nilai keanggotaan di tafsirkan sebagai nilai kebenaran. Setiap himpunan menyatakan sebuah jaringan multivalued logic.  Operasi pengabungan himpunan akan mengambil nilai maksimum dari tiap  komponen himpunan yang digabung tersebut (seperti operasi OR) sedangkan  operasi irisan akan mengambil nilai minimum dari tiap komponen yang akan  di iris tersebut (seperti operasi AND).
Lotfi A. Zadeh mengamati bahwa teori himpunan konvensional tidak  mencukupi untuk mengatasi proses perubahan yang halus. Perubahan yang  halus lebih bersifat perubahan yang berangsur-angsur sehingga  pendeskripsiannya pun harus secara setahap demi setahap.  Sebagai contoh  pertanyaan “Apakah suhu 500 termasuk panas?”   sulit dijawab  dengan tepat. Untuk menjawab pertanyan seperti ini logika fuzzy  menyediakan apa yang disebut dengan kebenaran fuzzy. Kebenaran fuzzy  adalah suatu cara untuk menyatakan derajat A atau bukan A dalam suatu  semesta pembicaraan.  Biasanya derajat ini dinyatakan dalam persen.  Misalnya jawaban dari pertanyaan diatas adalah suhu 500 termasuk kategori panas 0,6 dan kategori dingin 0,4.
Meskipun pada awalnya logika fuzzy diperkenalkan sebagai suatu teori  matematika, tetapi penerapan logika fuzzy dalam mengatasi permasalahan  sehari-hari sangat banyak.  Uniknya, perkembangan penerapan logika fuzzy  justru tidak terjadi di tempat asalnya, Amerika. Penerapan logika fuzzy  dalam industri mula-mula dilakukan di Eropa oleh Ebrahim Mamdani (dalam  perkembangannya Mamdani memperkenalkan model inferensi yang sangat  populer sampai sekarang). Pada tahun 1970an penerapan logika fuzzy dalam  bidang industri mulai berkembang antara lain :
1.    pengendalian generator uap oleh Ebrahim Mamdani dari Queen Mary  College, London, dimana Ebrahim Mamdani tidak bisa mengendalikan  generator tersebut dengan teknik konvensional.
2.    pembuatan sistem pendukung pengambilan keputusan yang di prakarsai oleh Hans Zimmermann dari universitas Aachen, Jerman.
3.    pengendalian kiln semen.
Ketika aplikasi fuzzy ditunjukkan pertama kali, aplikasi menggunakan  fuzzy tidak segera diterima secara luas. Aplikasi yang paling berkembang  saat itu adalah aplikasi pembuatan sistem pendukung pengambilan  keputusan dan analisis data. Sebagian besar aplikasi dipicu oleh hasil  penelitian empiris mengenai seberapa layak fuzzy dapat memodelkan  pengambilan keputusan dan proses evaluasi manusia.
Pada tahun 1980an beberapa perusahaan Jepang memulai aplikasi fuzzy  dalam bidang kendali. Unjuk kerja komputasi yang rendah dari algoritma  fuzzy pada hardware yang ada saat itu membuat para produsen memfokuskan  diri pada pengembangan hardware logika fuzzy. Beberapa aplikasi perdana  logika fuzzy di Jepang adalah :
1.    sistem pengolahan air yang dilakukan oleh Fuji Electric pada tahun 1983
2.    sistem kereta api bawah tanah yang dilakukan oleh Hitachi dan dibuka pada tahun 1987
Kesuksesan aplikasi di beberapa industri tersebut meningkatkan  ketertarikan industri-industri di Jepang sehingga logika fuzzy dengan  cepat di sukai karena beberapa hal yaitu :
1.    logika fuzzy memungkinkan pembuatan prototype secara cepat dan meningkatkan optimasi
2.    sistem logika fuzzy jelas dan mudah dipahami.
Sebagai tindak lanjut, pemerintah Jepang bekerja sama dengan beberapa  perusahaan besar mengatur transfer teknologi. Setelah mendirikan International Fuzzy System Association  (IFSA) pada tahun 1985 untuk mendukung penelitian di bidang fuzzy,  beberapa perusahaan mendukung kegiatan tersebut dengan membentuk Japan Society for Fuzzy Theory and System (SOFT), Biomedical Fuzzy System Association (BMFSA), Laboratory for International Fuzzy Engineering Research (LIFE), Fuzzy Logic System Institute Iizuka (FLSI) serta Center for Promotion of Fuzzy Logic di Tokyo Institute of Technology.
Penelitian-penelitian yang dilakukan di berbagai institusi tersebut  menghasilkan banyak aplikasi di bidang kendali dan pemrosesan data  seperti :
1.    pengendalian kamera foto dan video untuk fotografi
2.    sistem pengendalian mobil dengan logika fuzzy yang pertama di dunia, yang di kembangkan oleh Mitsubishi.
3.    optimasi kendali dan proses biologi dan kimis di berbagai perusahaan
Pada awal tahun 1990an, beberapa perusahaan di eropa menyadari betapa  berharganya logika fuzzy kemudian berusaha menciptakan produk yang  menggunakan teknologi berbasis logika fuzzy. Dalam waktu yang singkat,  lebih dari 200 produk yang menggunakan logika fuzzy berhasil di  luncurkan ke konsumen. Produk-produk tersebut antara lain produk untuk  rumah tangga seperti mesin cuci, vacuum cleaner, televisi, tape, mesin  AC, kamera autofocus, palm top dan lain-lain. Selain itu logika fuzzy  juga banyak dipakai dalam bidang teknologi seperti pembuatan sistem  pembantu pengambilan keputusan, pembuatan sistem cerdas, pengendali  lampu lalu lintas, routing jaringan, algoritma kompresi video dan audio  serta peredam gema dalam sistem transmisi.
 
 
 
 






1 komentar:
Keren mba tulisannya. Boleh tau sumbernya darimana?
Posting Komentar